Aturan mobil baru dp0% yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) sejatinya menginginkan agar memudahkan para penduduk untuk menentukan dalam menginginkan DP 0% atau cicilan yang lebih murah. Namun peraturan tersebut masih mengundang pro dan kontra. Menurut pengamat ekonomi kebijakan DP 0% untuk waktu ini kurang tepat. Pasalnya, masalah utama adalah masih tingginya resiko penyaluran kredit dengan masyarakat.
Dia pun juga menjelaskan perbankan tidak mengimbuhkan DP 0%. Alasannya sebab debitur dikhawatirkan tidak mampu menjalankan cicilan rutin. Hal ini tentunya akan berdampak pada kerugian di pihak bank. “Karena pihak bank tidak bisa langsung berikan DP 0%, kuatir debitur tidak mampu mencicil akan merugikan pihak bank dan menjadi non performing loan (NPL),” katanya.
Jika dicermati dari debitur maka dia akan memiliki beban cicilan semakin berat. Seperti diketahui bahwa cicilan akan semakin gampang apabila DP yang diberikan semakin besar. Dari sisi debitur, dengan masih tingginya bunga kredit kendaraan bermotor menyebabkan DP 0% selalu menjadi beban sebab cicilan dan bunga akan semakin berat. Memang apabila DP nya 0% di awal ringan, namun cicilan per bulan akan menyesuakan dan memang menjadi berat,
Penjelasan Aturan mobil baru dp0% saat ini
Sementara, pengamat automotif menilai kebijakan DP 0% ini akan berdampak positif untuk masyarakat. Karena penduduk kelompok menengah ke bawah masih mencegah akan penyerapannya. Menurutnya efek positif lainnya adalah stimulan pembebasan PPNBM diberikan pada mobil yang di mengolah didalam negeri dibawah 1.500 cc, yang merupakan mobil dengan target pasar kelas menengah kebawah. “Tanpa ada kebijakan tersebut, penjualan akan landai. Terbukti pada 2020 saja penjualan cuma berada di angka 5% hingga 10% saja,” tambahnya.
Meski pengaruhnya tidak signifikan, namun selalu ada pengaruhnya pada pembelian dan penyaluran kredit kendaraan bermotor. “Kelompok menengah yang masih memiliki energi beli besar barangkali yang memiliki kesempatan untuk belanja kendaraan walau sekali lagi, tidak akan besar dampaknya,”
Tps untuk penduduk yang menginginkan kebijakan ini, yaitu sesuaikan budget yang dimiliki dan kemampuan membayar cicilan. Karena, cuma segmentasi customer yang relatif aman dalam segi keuangan pribadinya saja yang mampu belanja di masa ekonomi yang belum membaik. “Perlu diingat bahwa mobil adalah kebutuhan tersier, supaya mereka lebih cenderung untuk mencegah diri hingga keuangannya membaik kembali,” jelasnya.